TEMUAN NESOLAGUS NETSCHERI : KELINCI BELANG LANGKA DI RIMBA SRIWIJAYA
Oleh: Octavia Susilowati

By Admin BKSDA Sumsel 17 Jun 2022, 09:17:24 WIB Satwa Dilindungi
TEMUAN NESOLAGUS NETSCHERI : KELINCI BELANG LANGKA DI RIMBA SRIWIJAYA

Kelinci belang Sumatera (Nesolagus netscheri) - Setiawan et al. (2019)

Kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) merupakan jenis mamalia kecil endemik Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera (Dinets 2010, McCarthy et al. 2019). Kelinci sumatera dikenal juga sebagai kelinci belang sumatera ataupun kelinci telinga pendek. Kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) merupakan satwa elusive (tidak suka menampakkan diri) dan nokturnal (Dinets 2010, McCarthy et al. 2012, Bose 2014, Setiawan et al. 2018), meskipun terdapat beberapa perjumpaan di siang hari (Jacobson & Kloss 1919 dalam Setiawan 2018).

Baca Lainnya :

Secara historis kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) dapat ditemui di seluruh hutan di Bukit Barisan, yang membentang di sepanjang pantai barat Sumatera dari Sumatera Selatan sampai Aceh (Blouch 1984 dalam McCarthy et al. 2019), mulai dari Taman Nasional Gunung Leuser sampai dengan TN Bukit Barisan Selatan (Setiawan et al. 2022). Spesies ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1880 melalui spesimen yang berasal dari daerah Sumatera Barat, yang dikoleksi oleh E. Netscher (Flux 1990). Antara tahun 1880-1916 terdapat beberapa kali temuan kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) yang berhasil didokumentasikan di sepanjang Bukit Barisan. Pada awal tahun 1900an, terdapat temuan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu (Flux 1990; Jacobson 1921, Jacobsen dan Kloss 1919 dalam McCarthy et al. 2019). Setelah hampir enam dekade berlalu keberadaan kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) tidak diketahui rimbanya, pada tahun 1972 terdapat laporan perjumpaan spesies ini di kawasan Taman Nasional (TN) Gunung Leuser Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD). Kemudian dilaporkan juga perjumpaan pada tahun 1978 di daerah dekat Gunung Kerinci oleh J. Seidensticker (Flux 1990). Temuan kelinci belang sumatera melalui camera trap di kawasan TN Kerinci Seblat dilaporkan pada tahun 1997 oleh J. Holden (Flora and Fauna International). Laporan temuan terbaru paling banyak adalah di TN Bukit Barisan Selatan dan TN Kerinci Seblat (McCarthy et al. 2012, McCarthy et al. 2018). Hal ini mengindikasikan bahwa 2 taman nasional tersebut menjadi area perlindungan utama bagi kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) yang memiiki ketergantungan sangat tinggi terhadap kawasan hutan dengan tutupan vegetasi yang rapat (McCarthy et al. 2019). Temuan terbaru kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) dilaporkan pada tahun 2021 di wilayah Provinsi Bengkulu (Setiawan et al.2022).


Daerah sebaran kelinci belang sumatera (McCarthy et al. 2019)

Pada tahun 1994, kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) ditetapkan statusnya sebagai Endangered berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist. Kemudian pada tahun 1996 statusnya menjadi Critically Endangered. Dikarenakan kajian ekologi maupun populasi satwa ini yang jarang dilakukan, IUCN kembali menetapkan status kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) menjadi Vulnerable pada tahun 2008.

McCarthy et al. (2012) menyatakan bahwa kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) merupakan spesies langka yang memiliki sedikit informasi terkait ekologi, status dan distribusinya di wilayah Sumatera. Untuk mengetahui kondisi dan status ekologi kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri), pada tahun 2012 dilakukan survei di seluruh wilayah Sumatera untuk mengidentifikasi berbagai catatan temuan terbaru maupun sejarah keberadaannya di wilayah Sumatera (McCarthy et al. 2012). Akan tetapi hal inipun tidak memberikan cukup data yang dapat digunakan untuk melakukan kajian ekologi kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri).

Setelah hampir satu dekade berlalu, informasi mengenai ekologi kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) semakin sedikit sehingga IUCN kembali menetapkan satwa ini ke dalam kategori Data Deficient (McCarthy et al. 2019). Perjumpaan dengan kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) sangat jarang terjadi, sehingga informasi mengenai kepadatan ataupun ukuran populasi satwa ini tidak dapat diketahui secara pasti. Nowak (1999) dalam Dinets (2010) menyatakan bahwa anggapan kelangkaan spesies ini dimungkinkan karena kurangnya data mengenai keberadaannya di alam. Kajian lebih lanjut terkait keberadaan satwa ini diperlukan untuk memastikan statusnya di alam.

Kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) telah dinyatakan sebagai satwa dilindungi sejak tahun 1972 (Noerdjito & Maryanto 2001 dalam Setiawan et al. 2022). Keberadaannya yang semakin langka membuat kelinci jenis ini masuk dalam daftar jenis satwa liar yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/ 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Perjumpaan kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) di wilayah Sumatera Selatan pertama kali terjadi di awal tahun 1900 (Flux 1990; Jacobson 1921, Jacobsen & Kloss 1919 dalam McCarthy et al. 2019). Disebutkan juga bahwa kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) adalah satwa yang sering dijumpai di kawasan Hutan Suaka Alam Kelompok Hutan (HSA KH) Gumai Tebing Tinggi sekitar tahun 1989 (Flux 1990, Setiawan et al. 2018). Setelah lebih dari tiga dekade berlalu, kawasan lain di Sumatera Selatan yang kemudian berhasil diidentifikasi sebagai habitat kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) adalah Suaka Margasatwa (SM) Isau-Isau pada tahun 2018 (Pratama & Setiawan, komunikasi pribadi, 2022), SM Gunung Raya Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (Hidayat et al. 2018, Setiawan et al. 2018). Penelurusan lebih lanjut menunjukkan hasil bahwa wilayah lain di Sumatera Selatan yang teridentifikasi sebagai habitat kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) adalah di Gunung Dempo (Setiawan, 2019). Daerah-daerah tersebut merupakan dataran tinggi.

Satwa kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) di kawasan SM Isau-Isau diketahui pertama kali tertangkap kamera trap pada tahun 2018. Pada awalnya pemasangan kamera trap dimaksudkan untuk melakukan pengamatan satwa target lain yaitu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), beruang madu (Helarctos malayanus), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), macan dahan (Neofelis diardi) dan anjing hutan (Cuon alpinus). Akan tetapi pada saat pengecekan hasil pemasangan kamera trap diketahui ada tangkapan gambar kelinci langka yang kemudian memberikan keyakinan bahwa kawasan SM Isau-Isau masih memiliki ekosistem yang dapat menjadi area perlindungan bagi satwa langka ini. Tangkapan hasil kamera trap selanjutnya terjadi pada tahun 2020 dan 2021 (Pratama & Setiawan, komunikasi pribadi, 2022). Kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) diketahui masih menghuni kawasan SM Isau-Isau yang masih memiliki tutupan vegetasi yang cukup rapat.

Tangkapan gambar Nesolagus netscheri hasil pemasangan kamera trap di kawasan SM Isau-Isau

Kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) diketahui mengalami keterancaman dari adanya perburuan liar. Blouch (1984) dalam Setiawan (2019) menyatakan bahwa tekanan perburuan terhadap kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) jarang ditemukan di area terbuka dan lebih sering dijumpai di daerah terpencil yang sulit dijangkau manusia (remote area) dengan kepadatan populasi yang rendah. Meijaard dan Sugardjito (2008) dalam Setiawan et al. (2019) menyatakan bahwa ancaman utama bagi kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) adalah pembukaan daerah di dataran tinggi untuk perkebunan (kopi dan kakao), dan bukan dikarenakan perburuan secara rutin yang dilakukan oleh para pemburu. Sementara Schai-Braun dan Hackländer (2016) dalam Setiawan et al. (2019) menyatakan bahwa adanya perburuan satwa di kawasan konservasi merupakan ancaman terbesar selain adanya pembukaan kawasan. Informasi berbagai ancaman kelangsungan kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) dapat digunakan di dalam penyusunan strategi pengelolaan dan konservasi satwa ini kedepan (Smith 2008, Smith et al. 2018).

Dengan diketahuinya keberadaan kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) di kawasan konservasi wilayah Sumatera Selatan (HSA KH Gumai Tebing Tinggi, SM Gunung Raya dan SM Isau-Isau), berikut dengan keterancaman yang mengintai kelestarian, baik habitat maupun populasinya maka diperlukan upaya dan strategi pengelolaan yang komprehensif agar kelestarian konservasi berikut keanekaragaman hayati di dalamnya tetap terjaga. Informasi bahwa kawasan HSA KH Gumai Tebing Tinggi juga merupakan salah satu habitat dari kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri) lebih dari tiga dekade yang lalu juga perlu dikaji lebih lanjut. Hal ini untuk mendapatkan kepastian informasi terkini mengenai status ekologi, populasi dan distribusinya. Strategi pengelolaan yang tertuang di dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang kawasan konservasi telah mengakomodir upaya perlindungan flora dan fauna serta fungsi hidrologis kawasan melalui strategi pemantapan kawasan, penyelesaian konflik tenurial yang terjadi di dalam kawasan serta penyediaan sarana prasarana (sarpras) perlindungan seperti pos jaga, sarpras pemantauan satwa, sarpras navigasi dan dokumentasi, serta sarpras pendukung perlindungan kawasan berupa papan informasi/larangan dan media penyuluhan.


REFERENSI

Bose H.M. 2014. A Look at Rabbits Worldwide. Veterinary Times, 44 (43): 14-15.

Dinets V. 2010. Observation of Sumatran striped rabbit (Nesolagus netscheri) in the wild. Mammalia 74:1. doi101515/MAMM.2009.074

Flux J.E.C. 1990. The Sumatran rabbit Nesolagus netscheri. In Flux J.E.C, Chapman J.A. (eds). Rabbits, Hares, and Pikas; Status Survey and Conservation Action Plan. pp.137-139. IUCN. Swiss.

Hidayat R., Yustian I., Setiawan D. 2018. Inventarisasi Mamalia di Kawasan Suaka Margasatwa Gunung Raya Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains Volume 20 Nomor 3. MIPA UNSRI. Inderalaya - Palembang.

McCarthy J.L., Fuller T.K., McCarthy K.P., Wibisono H.T., Livolsi M.C. 2012. Using Camera-trap photographs and direct sightings to identify possible refugia for the Vulnerable Sumatran striped rabbit Nesolagus netscheri. Fauna & Flora International. Oryx, 46 (3): 438 - 441.

Mc.Carthy J., Holden J., Martyr D. 2018. Nesolagus netscheri (Schlegel, 1880) Sumatran striped rabbit. In: A.T. Smith, C.H Johnston, P. Alves, Hackländer K. (eds), Lagomorphs: Pikas, Rabbits, and hares of the world, pp. 95-97. John Hopkins University Press, Baltimore, Maryland, USA.

Mc.Carthy J., Holden J., Martyr D., McCarthy K. 2019. Nesolagus netscheri. The IUCN Red List of Threatened Species 2019: e.T14662A45178557. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2019-2.RLTS.T14662A45178557.en.

Setiawan A., Iqbal M., Komarudin, Saputra R.F., Setiawan D., Yustian I. 2018. New Reports of the Presence and Ecology of the Sumatran striped rabbit (Nesolagus netscheri) in South Sumatra. Mammalia, 84, 250 – 252. https://doi.org/10.1515/mammalia-2018-0217.

Setiawan A., Iqbal M., Halim A., Saputra R.F., Setiawan D., Yustian I. 2019. First Description of Immature Sumatran stripped rabbit (Nesolagus netscheri), with special reference to the wildlife trade in South Sumatra. Mammalia Volume 84 (3). https://doi.org/10.1515/mammalia -2018-0217.

Setiawan A., Iqbal M., Jauhari S., Zamroni, Jarulis, Yustian I. 2022. First Release of a captured Sumatran striped rabbit Nesolagus netscheri (Schlegel, 1880) into the wild. Ecologica Montenegrina 52:53-56. https://dx.doi.org/10.37828/em.2022.52.8.

Smith, A.T. 2008. Lagomorph Biology: evolution, ecology, and conservation. In: (Alves P.C., Ferrand N., Hackländer K., eds). Conservation of endangered lagomorphs. Springer, Berlin. pp.297-316.

Smith, A.T., Johnston C.H., Alves P.C., Hackländer K. 2018. Lagomorphs: pikas, rabbits, and hares of the world. John Hopkins University Press, Baltimore. pp. 266.








Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment