Semangat Berkarya, BKSDA Sumsel Membangun Efektivitas dalam Bermitra

By Admin BKSDA Sumsel 06 Jun 2022, 07:35:17 WIB Kegiatan
Semangat Berkarya, BKSDA Sumsel Membangun Efektivitas dalam Bermitra

Palembang (3/6) – Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel) melaksanakan kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat sekitar Kawasan Konservasi dengan tema "Semangat Berkarya, Membangun Efektivitas dalam Bermitra" pada Kamis (2/6) sampai dengan Jumat (3/6). Tujuan diadakan kegiatan adalah sebagai tindak lanjut dari pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya. Adapun kegiatan ini dihadiri oleh 47 orang peserta yang terdiri dari Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW), Kepala Resor Konservasi Wilayah (RKW) lingkup BKSDA Sumsel, staf BKSDA Sumsel, unsur Kelompok Desa, dan Pemerintah Desa.

Kegiatan diawali dengan sambutan sekaligus pembukaan oleh Kepala BKSDA Sumsel, Bapak Ujang Wisnu Barata. Dalam sambutan beliau menyampaikan bahwa ajang ini bukan hanya sebagai sarana silaturahmi, tetapi juga sebagai bagian janji BKSDA Sumsel bahwa acara benchmarking yang diselenggarakan sebelumnya akan ada tindak lanjutnya. Ini juga kesempatan saling berbagi wawasan karena para pendamping pada saat benchmarking tahun 2021 yang lalu hadir dalam kegiatan. Beliau juga menyampaikan bahwa kunci dari pemberdayaan masyarakat adalah konsistensi.

Baca Lainnya :

“Apapun badai yang akan dihadapi di depan, jika kita bersatu dan bersama maka akan dapat dihadapi”, ungkap Bapak Ujang Wisnu Barata.

Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan review pelaksanaan benchmarking oleh para Kepala SKW. Review pertama oleh Kepala SKW II Lahat yang diawali dengan pemutaran video benchmarking terkait Program Kampung Iklim (ProKlim) di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Menurutnya ada beberapa catatan dari benchmarking di Desa Ngargomulyo, bahwa ProKlim bukanlah tujuan, melainkan suatu perubahan budaya di masyarakat.

“Kami melihat ProKlim ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Program ini merupakan kerja bersama antara masyarakat, BKSDA Sumsel, dan instansi lain untuk mewujudkan bahwa ProKlim merupakan sebuah perubahan,” kata Kepala SKW II Lahat, Martialis Puspito Khristy Maharsi.

Review selanjutnya oleh Kepala SKW III Baturaja, Azis Abdul Latif, terkait benchmarking di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Kegiatan benchmarking di TNGHS membahas mengenai Kemitraan Konservasi (Kemkon) dan cara pembuatan pupuk negantropi. Melalui pembelajaran tersebut, beliau mengungkapkan bahwa semua harus alami kembali ke alam lagi, baik dari pupuk dan cara menanam.

“Kelompok tani yang dibawa ke TNGHS belajar bahwa semua yang ada di kebun dapat dimanfaaatkan,” ungkapnya.

Kemudian review terahkhir oleh Kepala SKW I Sekayu yang sebelumnya telah mengikuti benchmarking ke Suaka Margasatwa (SM) Paliyan dan Kelompok Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama. Kegiatan tersebut dalam rangka studi banding terkait pemulihan ekosistem dan peningkatan usaha ekonomi masyarakat. Menurutnya benchmarking di SM Paliyan dan KHDTK Wanagama telah berhasil, lebih daripada itu mereka mendapat pengetahuan baru di tempat lain yang bisa diaplikasikan, mulai dari pengenalan tanaman obat sampai dengan pengemasannya.

“Suatu pembelajaran bagi kita bisa bekerja bersama, bertekad bersama untuk memulihkan kawasan,” ungkap Kepala SKW III Sekayu, Yusmono.

Kegiatan selanjutnya adalah pemaparan materi oleh Bapak Heri Mulyono dari Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera (BPPIKHL Wilayah Sumatera) tentang konsep dan praktik pengusulan ProKlim mengenai aksi dan kelembagaan ProKlim Sumatera.

“Ada beberapa ProKlim yang meningkat, ada juga yang biasa saja. Ini dikarenakan komitmen para pihak, ketika ada perubahan Kepala Desa (Kades) maka tidak sama komitmennya. Seharusnya siapapun Kadesnya, komitmennya tetap sama.”

Pemaparan materi juga disampaikan oleh Plt Kasubbag TU BKSDA Sumsel, Purnasari, tentang konsep dan praktik pemulihan ekosistem di kawasan konservasi. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa, “Pemulihan adalah penyembuhan, suatu ekosistem bisa menjadi sakit karena kebakaran dan sebab lainnya. Sakitnya bisa di kategorikan ringan, sedang, dan berat. Ketika sakit perlu disembuhkan atau dipulihkan dengan mendiagnosa terlebih dahulu, dengan mengkaji tipe kerusakan untuk mendapat jenis kegiatan pemulihan ekosistem yang tepat. Harapannya, setelah melakukan pemulihan, kawasan dapat pulih dan stabil sesuai dengan ekosistem aslinya.”

Setelah mendapatkan review dan materi terkait kegiatan, peserta melaksanakan dinamika kelompok yang terdiri dari mandala diri dan mandala kelompok. Kegiatan dibimbing oleh tiga fasilitator, yaitu Bapak Agus Mulyana, Bapak Doni Ahmad Baruno, dan Ibu Julita Pitria. Pertama peserta diajak untuk bergembira melalui joget Kewer dan tari Melayu. Tujuannya adalah memberikan energi kepada peserta dan memperkuat rasa kekelurgaan. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan dinamika kelompok, ekstraksi nilai-nilai, dan kesepakatan norma pertemuan. 

Bapak Agus Mulyana selaku fasilitator menyampaikan, “Tujuan kita berkumpul selama dua hari ini yaitu meningkatkan pemahaman dan meningkatkan mutu. Saya yakin peserta bisa mencapai tujuan keduanya itu dengan satu hasil. Penilaiannya adalah hasil kekompakan kita, karena kekompakan sama dengan berlian, karena tingkat kekacauan atau kekokohan di benda tersebut yaitu nol. Kedepan kita akan mengupayakan tim tahan terhadap guncangan, cobaan, dan godaan.”

Fasilitator lainnya yaitu Bapak Doni Ahmad Baruno mengatakan, “Malam ini saya menemukan pembelajaran, baik itu ProKlim ataupun kemitraan konservasi bisa berjalan ternyata rumusnya “BKSDA”, Berawal dari kepedulian, Kolaborasi, Solusi bersama sehingga memberi manfaat untuk kita bersama, Doa dan Aksi”.

Kemudian di hari selanjutnya yaitu Jumat (3/6), peserta melakukan Focus Group Discussion (FGD) dan presentasi yang dibagi menjadi tiga kelompok, meliputi kelompok ProKlim, Kemkon, dan Pemulihan Ekosistem dan Ekonomi Masyarakat. Pertanyaan kunci yang diberikan terdiri dari tujuan dibentuknya kelompok, materi apa yang didapatkan dari benchmarking, aksi yang dilakukan setelah benchmarking, dan pembelajaran yang didapat.

Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) ProKlim, Kemkon, dan Pemulihan Ekosistem dan Ekonomi Masyarakat oleh setiap SKW. RTL tersebut berisi mengenai kegiatan yang akan dilakukan kedepannya, tujuan, waktu, serta siapa saja yang akan berkontribusi. Kemudian setiap Kepala SKW mempresentasikan hasil tersebut agar setiap kelompok dapat berbagi ide dan wawasan.

Kegiatan ini berakhir pada sore hari dan ditutup oleh Kepala BKSDA Sumsel, Ujang Wisnu Barata. Dalam penutupan beliau berpesan, “Kita akan bersama-sama menuangkan sebuah rencana aksi yang paling mungkin dilakukan, dan itu juga hasil dari kegiatan kita belajar ke tempat yang kita anggap sudah berhasil. Kemudian itu juga disertai dengan praktik-praktik yang telah dilakukan oleh bapak dan ibu serta inilah hasilnya. Terkonfirmasi bahwa ini memang kebutuhan kita bersama, bukan hanya kebutuhan KSDA saja, bukan hanya kebutuhan desa atau kelompok masyarakat saja, tetapi menjadi kebutuhan kita bersama”. Selain itu, Pak Doni selaku fasilitator juga menambahkan kesimpulan terkait kegiatan ini. Beliau menyampaikan bahwa kita semua itu Sumsel, “Semua Maju Semua Lestari”. Dalam mewujudkan Sumsel, kita harus melaksanakan 7T yang terdiri dari Telusuri segala hal dengan hati, Tetapkan norma bersama, Teladan, Trust, Trigger, Tipologi, dan Treatment.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat nantinya dapat berkarya dengan mempraktikkan pembelajaran yang sudah didapatkan dan selalu menjaga kekompakan kelompok. Dengan demikian, kedepan upaya yang dilakukan kelompok dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.






Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment