MENYIBAK KEBERADAAN RANGKONG BADAK DI SUAKA MARGASATWA ISAU-ISAU
Oleh : Octavia Susilowati

By Admin BKSDA Sumsel 19 Des 2022, 09:36:47 WIB Fauna
MENYIBAK KEBERADAAN RANGKONG BADAK DI SUAKA MARGASATWA ISAU-ISAU

Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) di Kawasan Suaka Margasatwa (SM) Isau-Isau

Burung rangkong (Bucerotidae) merupakan spesies dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Burung rangkong juga masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/2018. Di Indonesia sendiri terdapat 13 spesies burung rangkong yang keseluruhannya dilindungi, mengingat fungsi ekologis dari burung rangkong di alam yang sangat penting. Dari ketigabelas burung rangkong tersebut, terdapat 1 jenis burung rangkong yang populasinya di alam sudah sangat kritis menuju kepunahan, dan berdasarkan Daftar Merah The International Union for Conservation of Nature's Red List of Threatened Species (IUCN) telah dimasukkan ke dalam kategori Critically Endangered (kritis) yaitu Rangkong Gading (Rhinoplax vigil). Mengingat tingginya ancaman perburuan dan perdagangan di masa lampau, konvensi internasional untuk perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) sudah memasukkan rangkong gading (Rhinoplax vigil) ke dalam Appendix I semenjak tahun 1975. Untuk jenis enggang jambul dan julang jambul hitam memiliki status genting (Endangered) berdasar Daftar Merah IUCN. Status konservasi burung rangkong di Indonesia secara lengkap sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.


Tabel 1. Status Konservasi Burung Rangkong di Indonesia

Baca Lainnya :

Keterangan :
I = Appendix I CITES; II = Appendix II CITES; Non = Non Appendix CITES
CR: Critically Endangered, EN: Endangered, Vu: Vulnerable, NT: Near Threatened, LC: Least Concern

Salah satu pulau yang menjadi surga bagi jenis burung rangkong adalah Pulau Sumatera, dari 13 spesies yang teridentifikasi 10 diantaranya ada di Pulau Sumatera. Dan 10 jenis burung rangkong tersebut telah teridentifikasi di wilayah Sumatera Selatan sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.


Tabel 2. Jenis Burung Rangkong yang teridentifikasi di Wilayah Sumatera Selatan

Sumber: Yunardy et al. (2017), Nurrudin et al. (2021), www.iucnredlist.org, www.cites.org

Salah satu kawasan konservasi yang menjadi rumah bagi berbagai jenis burung adalah SM Isau-Isau, yang secara administratif wilayah terletak di Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim. Suaka Margasatwa (SM) Isau-Isau merupakan salah satu kawasan konservasi merupakan perwakilan tipe vegetasi hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan rendah. Sampai dengan saat ini di kawasan SM Isau-Isau telah teridentifikasi sebanyak 31 jenis burung yang termasuk ke dalam 21 famili (BKSDA SUMSEL 2018, Nurrudin et al. 2021, Robinsa 2022). Jenis burung rangkong yang berhasil diidentifikasi adalah jenis burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan enggang papan (Buceros bicornis). Rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan enggang papan (Buceros bicornis) memiliki status Vulnerable (rentan) didasarkan pada Daftar Merah IUCN. Konvensi perdagangan internasional untuk tumbuhan dan satwa liar atau Convention On International Trade Of Endangered Species Of Wild Fauna And Flora (CITES) mengkategorikan Rangkong badak (Buceros rhinoceros) ke dalam Appendix II dan enggang papan (Buceros bicornis) kategori Appendix I.

Rangkong badak (Buceros rhinoceros) dilarang untuk diperdagangkan secara komersial internasional karena hampir mengalami kelangkaan, kecuali jika perdagangan tersebut tunduk pada peraturan, sehingga pemanfaatan yang tidak sesuai dapat dihindari. Sementara untuk jenis enggang papan (Buceros bicornis) dilarang untuk diperdagangkan dalam perdagangan internasional karena keberadaannya yang mengalami kelangkaan.


Kondisi Habitat Burung Rangkong di SM Isau-Isau

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel) diketahui bahwa di dalam Kawasan SM Isau-Isau terdapat burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) sekitar delapan ekor atau 4 pasang (Nurrudin et al. 2021). Hal ini cukup menggembirakan di mana dengan adanya keberadaan burung rangkong menjadi indikator bahwa lingkungan di kawasan SM Isau-Isau masih terjaga dengan baik. Beberapa jenis pohon yang merupakan pohon pakan berbagai jenis burung di kawasan SM Isau-Isau menjadi salah satu indikator bahwa ketersediaan pakan bagi satwa, khususnya untuk jenis burung mencukupi. Sebaliknya, keberadaan burung rangkong juga berperan di dalam perkembangan vegetasi penyusun ekosistem kawasan SM Isau-Isau.

Pohon merupakan komponen habitat burung rangkong badak yang berfungsi sebagai cover (tempat berlindung dari cuaca dan predator, bersarang, bermain, beristirahat dan mengasuh anak). Hilangnya vegetasi pohon pada suatu kawasan akan berdampak bagi kelangsungan hidup burung rangkong badak (Welty 1982 dalam Rahman 2019). Spesies burung rangkong badak memanfaatkan struktur vegetasi dan ruang tajuk pada pohon untuk beraktivitas seperti mencari makan, istirahat, berkembang biak dan bermain. Keberadaan spesies burung rangkong badak di suatu habitat erat kaitannya dengan kondisi habitat (Hermono 1985 dalam Rahman 2019).

Vegetasi Pohon Penyusun Kawasan SM Isau-Isau

Semua jenis rangkong di Asia merupakan pemakan beragam buah (Frugivorous) dan binatang kecil yang proporsinya dapat disesuaikan pada musim berbiak (Poonswad et al., 1998 dalam KLHK 2018). Ara merupakan salah satu tanaman yang disukai oleh burung rangkong badak (Buceros rhinoceros), dimana buah ara merupakan salah satu buah pakan yang disukai oleh burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) selain buah dari tanaman hutan lainnya (Kamal et al. 2016). Tanaman buah-buahan di suatu habitat menjadi magnet bagi berbagai jenis burung serta satwa lainnya (Alikodra 2010). Berbagai jenis tumbuhan pakan burung rangkong disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Tumbuhan Pakan Burung Rangkong

Sumber: Anggriawan et al. (2015), Ramadhan et al. (2017), Rahman (2019), Nurrudin et al. (2021)

Rahman (2019) menyatakan bahwa jenis pohon sarang burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) adalah beringin (Ficus benjamina) dan gondangan (Ficus variegata). Preferensi pohon pakan dan tempat sarang rangkong badak (Buceros rhinoceros) adalah pohon yang masuk dalam Famili Moraceae, Euphorbiaceae dan Pyllanthaceae. Sementara Widuri (2009) dalam Anggriawan (2015) menyatakan bahwa pohon buah yang disukai oleh rangkong adalah pohon dari famili Meliaceae dan Moraceae.

Burung dari famili Bucerotidae merupakan salah satu satwa yang membantu pemencaran biji-bijian di hutan, sehingga kondisi keanekaragaman hayati hutan tetap terjaga. Kehadiran suatu spesies burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat. Habitat yang menyediakan makanan, air, tempat berlindung dan berkembangbiak lebih disenangi oleh berbagai spesies burung (Kamal et al. 2018). Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan pakan, tempat istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung. Sementara kemampuan area menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk habitat.

Kawasan SM Isau-Isau diketahui masih memiliki hutan primer dengan tutupan vegetasi pohon yang menjadi habitat penting bagi berbagai jenis satwa dilindungi. Keberadaan satwa dilindungi seperti burung rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong papan (Buceros bicornis), siamang (Symphalangus syndactylus), kelinci sumatera (Nesolagus netshcherii) dan beruang madu (Helarctos malayanus) menjadi nilai penting bagi kawasan SM Isau-Isau.

Keberadaan pohon di Kawasan SM Isau-Isau dimanfaatkan oleh burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) sebagai tempat bertengger untuk mencari makan  ataupun aktivitas lainnya seperti bersarang, berlindung dan berkembang biak. Pohon yang teridentifikasi sebagai tempat aktivitas burung rangkong di SM Isau-Isau adalah pohon dengan keliling batang besar (>100 cm), tinggi batang > 25 cm dan memiliki strata tajuk yang dominan. Nurrudin et al. (2021) menyatakan bahwa pohon pakan dan pohon tengger di kawasan SM Isau-Isau yang teridentifikasi digunakan oleh burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) antara lain ara (Ficus sp), mersawa tenam (Anisoptera marginata) dan pulai (Alstonia scholaris).

Selama beberapa dasawarsa di dalam kawasan SM Isau-Isau terdapat gangguan berupa tanaman kopi jenis robusta (Coffea canephora). Akan tetapi pada saat sekarang area tersebut telah terpulihkan dan menjadi kawasan berhutan yang digunakan oleh berbagai jenis satwa liar sebagai area jelajah dan tempat mencari makan. Dengan terpulihkannya kawasan SM Isau-Isau maka keberadaan hutan primer sebagai habitat bagi satwa, khususnya burung rangkong akan tetap terjaga. Di sisi lain buah tanaman kopi menjadi salah satu sumber pakan yang menjadi preferensi burung rangkong badak (Buceros rhinoceros), sebagaimana hasil kajian pakan yang dilakukan Ramadhan et al. (2017). Sehingga burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) memiliki alternatif sumber pakan bagi kelangsungan hidupnya. Selain itu, kondisi habitat yang terpulihkan akan mampu menjaga sumber air di dalam kawasan SM Isau-Isau yang bermanfaat tidak hanya bagi satwa liar di dalamnya, tetapi juga masyarakat sekitar kawasan. Dengan demikian, masyarakat merasakan manfaat dan nilai penting keberadaan kawasan SM Isau-Isau bagi kehidupan mereka. Karena air merupakan salah satu komponen habitat penting bagi seluruh makhluk hidup yang ada di dunia.

Dengan terjaganya kawasan SM Isau-Isau melalui dukungan masyarakat di sekitar kawasan akan mendukung kelangsungan hidup burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan juga satwa dilindungi lainnya, yang keberadaannya di alam mulai mengalami keterancaman. Balai KSDA Sumatera Selatan terus mengupayakan pelestarian kawasan SM Isau-Isau melalui peningkatan kolaborasi dengan stakeholder sekitar SM Isau-Isau.

Masyarakat sekitar kawasan memiliki peran penting di dalam pelestarian SM Isau-Isau, sehingga perlu adanya pelibatan dan peran aktif masyarakat. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Wiratno (2018) tentang 10 Cara  Baru Kelola Kawasan Konservasi, yaitu “Masyarakat dijadikan sebagai Subyek”. Hal ini berarti bahwa masyarakat dijadikan sebagai pelaku utama di dalam pengelolaan kawasan. Harapannya, masyarakat akan semakin merasakan arti penting SM Isau-Isau dalam kehidupannya sehingga tumbuh rasa memiliki dan timbul tekad untuk menjaga kelestarian SM Isau-Isau. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan usaha ekonomi produktif juga penting untuk dilakukan agar masyarakat sekitar SM Isau-Isau menjadi lebih berdaya. Dengan demikian jargon hutan lestari masyarakat sejahtera juga akan terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra H.S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam rangka mempertahankan
Keanekaragaman Hayati Indonesia. IPB Press : Bogor.
Anggriawan V., Hariyadi B., Muswita. Keanekaragaman Jenis Rangkong dan Tumbuhan Pakannya
di Harapan Rainforest Jambi Species and Feed Diversity of Hornbill in the Harapan
Rainforest, Jambi. 2015. Biospecies Vol. 8 No.2, hal. 73-79.
BKSDA SUMSEL. 2018. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Suaka Margasatwa Isau Isau
Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Periode 2019 –
2028 [tidak dipublikasikan].
Kamal S., Agustina E., Azhari. 2018. Populasi Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) di
Ekosistem TAHURA Pocut Meurah Intan Provinsi Aceh. Jurnal Biotik Vol. 6, No. 1, Ed. April
2018, Hal. 11-16.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi
Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) Indonesia 2018-2028. Jakarta, Indonesia: KLHK.
Nurrudin W., Adib M.F., Kharis T., Ursal, Halimi. 2018. Laporan Kegiatan Identifikasi dan
Monitoring Rangkong Badak di Suaka Margasatwa Isau Isau Wilayah Kabupaten Muara
Enim [tidak dipublikasikan]. Lahat.
Rahman A. 2019. Preferensi Makan Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) di TAHURA
Poocut Meurah Intan Provinsi Aceh sebagai Referensi Mata Kuliah Ornitologi. [skripsi]. UIN
Ar Raniry. Banda Aceh.
Ramadhan S., Mulyadi, Kamal S., Safryadi. 2017. Analisis Jenis Tumbuhan Sebagai Pakan
Burung Rangkong di Kawasan Gugop Pulo Breuh Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh
Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017.
Wiratno. 2018. Sepuluh Cara (Baru) Kelola Kawasan Konservasi di Indonesia: Membangun
“Organisasi Pembelajar”. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta.
Yunardy S., Kunarso A., Wibowo A., Ayat A., Pirnanda D., Yustian I., Harbi J, Kodir K.A, Yuningsih
L., Susilowati O.,Bachri S., Gemita E., Zulkifli H., Zulfikhar, Gustini M., Prasetyo L.B,
Damayanti E.K., SumantriH., Prasetyo R.B, Haasler B. 2017. Strategi dan Rencana Aksi
Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera  Selatan/ Sehati Sumsel (2017 – 2021).
Palembang. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.













Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment