- Warga Prabumulih dan Lahat Serahkan Dua Individu Siamang ke BKSDA Sumsel
- SERAH TERIMA BARANG BUKTI TINDAK PIDANA JUAL BELI SATWA DILINDUNGI, APRI DIDAKWA 10 BULAN PENJARA
- Rekrutmen Tenaga Kontrak BKSDA Sumsel
- KUBUNG SUNDA SUAKA GUNUNG RAYA
- 1000 Bibit Ditanam dan 24 Burung Dilepasliar di TWA Punti Kayu dalam Rangkaian Tanam Pohon Serentak
- BKSDA Sumsel Lakukan Evaluasi Pengelolaan Lima Kawasan Konservasi Bersama Para Pihak Melalui Perangkat METT
- PENGGAGALAN PENGANGKUTAN 3306 INDIVIDU SATWA BURUNG TIDAK DILINDUNGI TANPA DOKUMEN
- MENGENAL CAPUNG TWA GUNUNG PERMISAN
- Road To HKAN 2023: BKSDA Sumsel Lepasliarkan Empat Individu Satwa Liar dan Tanam Pohon di SM Padang Sugihan
- KRONOLOGI BERUANG MATI OLEH MASYARAKAT DI PAGAR ALAM UTARA, BKSDA SUMSEL BERI IMBAUAN TEGAS
MENGULIK POTENSI PAKAN GAJAH PADANG SUGIHAN
Oleh : Octavia Susilowati , Taufan Kharis
Kawasan SM Padang Sugihan merupakan kawasan konservasi yang menjadi habitat bagi satwa prioritas terancam punah gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Abdullah et al. (2012) menyatakan bahwa gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) memiliki preferensi habitat tertentu dengan kriteria kemiringan yang landai (0-20o), dekat dengan sumber air (0-250m), dekat dengan hutan primer (0-500m), ketersediaan pohon mineral yang jarang (<3 pohon), ketinggian lahan yang rendah (0-400m), ketersediaan pakan yang banyak (75%), penutupan tajuk yang sangat jarang (0-25%), ketersediaan pohon gosok badan yang jarang (<3 pohon), dan tipe Hutan Sekunder. Informasi ini sangat berguna bagi pengelola kawasan di dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang sesuai. Dengan demikian akan dapat mengurangi konflik gajah dengan kawasan sekitarnya.
Kawasan SM Padang Sugihan dinilai masih cukup sesuai sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dikarenakan masih memiliki ketersediaan komponen habitat seperti pakan, air, dan tutupan vegetasi yang mencukupi bagi kelangsungan hidup satwa besar ini. Beberapa penelitian menyatakan bahwa di kawasan SM Padang Sugihan masih tersedia sumber pakan bagi kelangsungan hidup satwa endemik Sumatera ini. Salah satu komponen penting dalam daya dukung habitat adalah ketersediaan tumbuhan pakan di dalam atau di luar areal hutan. Hal ini dikarenakan pergerakan atau daerah jelajah gajah sangat luas, baik di dalam ataupun di luar kawasan hutan.
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) indukan betina dan anaknya di kawasan SM Padang Sugihan
Baca Lainnya :
- MENGENAL CHIROPTERA: SATWA NOKTURNAL PENGHUNI RIMBA ISAU0
- Implementasi Konsep One Health, BKSDA Sumsel bersama Aspinall Gelar Seminar dan Pelatihan 0
- RAGAM ODONATA DI BELANTARA KOTA0
- Workshop Rencana Pemulihan Ekosistem SM Dangku, SM Bentayan dan SM Padang Sugihan0
- Tebar Pesona Kantong Semar Gunung Maras0
Produktivitas hijauan pakan di SM Padang Sugihan dinilai masih mencukupi untuk kelangsungan gajah sumatera (Elepas maximus sumatranus) yang merupakan satwa prioritas terancam punah di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Menurut Mahanani (2012), kawasan SM Padang Sugihan memiliki ketersediaan pakan gajah untuk 1.697 ekor. Akan tetapi apabila dilihat dari daerah jelajah gajah yang membutuhkan ruang seluas 680 hektar (Santiapilai 1987 dalam Mahanani 2012), SM Padang Sugihan mampu menampung gajah sebanyak 128 ekor (Mahanani, 2012). Produktivitas hijauan pakan di SM Padang Sugihan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Produktivitas Pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) berdasarkan Luas Tutupan Lahan di SM Padang Sugihan
Riba’i et al. (2013) menyatakan bahwa bagian tanaman yang paling banyak dikonsumsi gajah adalah di areal padang rumput sebanyak empat bagian (daun, batang, akar dan buah), sedangkan di rawa dan hutan sekunder masing-masing hanya sebanyak dua bagian yakni di rawa (daun dan batang) dan di hutan sekunder (daun dan kulit). Bagian kulit yang dimakan oleh gajah sumatera hanya terdapat di hutan sekunder, karena sumber pakan ini hanya terdapat di hutan sekunder yaitu berupa pepohonan.
Jenis pakan gajah sumatera umumnya berasal dari rumput-rumputan, bagian-bagian tumbuhan seperti daun, cabang, kulit batang dan buah (Abdullah, Dahlian, Mukhlisin 2009 dalam Wicaksono et al. 2022). Pemilihan rumput-rumputan dikarenakan kelompok ini banyak mengandung karbohidrat. Sedangkan daun-daunan dipilih karena kandungan protein tumbuhan didalamnya. Rumput utama yang menjadi pakan gajah yaitu Imperata cylindrica, Leersia hexandra, sedangkan daun pohon diantaranya adalah Ficus glomerata, dan Mossa spp. (Borah dan Deka 2008 dalam Sugiyanto et al. 2017). Payne et al. (2000) dalam Wicaksono et al. (2022) menyatakan bahwa makanan utama gajah sumatera terdiri dari bagian-bagian tumbuhan berkeping tunggal yang lunak, meliputi rumput-rumput halus, bagian tubuh pohon palem dan batang pisang. Gajah Sumatera membutuhkan hijauan pakan berkisar antara 200 – 300 kg per individu (Shoshani & Eisenberg 1982 dalam Garsetiasih et al. 2016).
Menurut Baskaran (2010) dalam Tohir (2018), gajah merupakan satwa yang tergolong ke dalam satwa grazer (pemakan rumput) dan browser (pemakan pohon, semak, herba dan bambu). Tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi gajah adalah dari famili Poaceae, Leguminosae, Cyperaceae, Lamiaceae, Moraceae, Euphorbiaceae, Blechnaceae, Clusiaceae, Compositae, Dipterocarpaceae, Myristicaceae, Vitaceae, Zingiberaceae (Tohir 2018). Evanggelisca (2022) menemukan tumbuhan sumber pakan gajah sumatera di kawasan SM Padang Sugihan sebanyak 14 spesies, yang terbagi ke dalam 6 famili yaitu Cyperaceae, Poaceae, Blechnaceae, Asteraceae, Onagraceae, Thelypterideceae. Mahanani (2012) menemukan 24 jenis pakan alami gajah di area Pusat Latihan Gajah (PLG) Jalur 21 SM Padang Sugihan, dan 15 diantaranya merupakan jenis rumput. Wicaksono et al. (2022) menemukan 10 jenis tumbuhan bawah di area PLG Jalur 21 SM Padang Sugihan yang berpotensi sebagai sumber pakan bagi gajah sumatera, yaitu pakis, belidang, kolomento, pahitan, purun tikus/ventilan, ilalang, paku laut, rumput padi-padian, plumpung, dan pakis udang.
Di kawasan SM Padang Sugihan hampir setiap tahun terjadi kebakaran hutan dengan skala yang berbeda. Kondisi kebakaran yang cukup masif terjadi di kawasan SM Padang Sugihan adalah pada tahun 2015. Hal ini berakibat berkurangnya sumber pakan alami bagi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Menurut Mahanani (2012), kebakaran hutan yang terjadi di kawasan SM Padang Sugihan sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia berupa sistem sonor dalam pembukaan lahan baik secara individu maupun oleh perusahaan.
Pasca terjadinya kebakaran, satwa liar termasuk gajah biasanya akan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Berkurangnya tumbuhan pakan gajah maka akan mengakibatkan gajah terus menjelajah keluar dari kawasan SM Padang Sugihan untuk mencari lokasi yang menyediakan sumber pakan yang dibutuhkan. Seringkali gajah akan keluar sampai ke perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini menjadi awal terjadinya konflik manusia dengan gajah.
Menurut Daftar Merah The International Union for Conservation of Nature's Red List of Threatened Species (IUCN), saat ini gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) berstatus Critically Endangered (kritis). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018, gajah sumatera termasuk ke dalam satwa liar dilindungi bersama dengan 786 jenis satwa liar lainnya. Gajah sumatera juga termasuk ke dalam spesies prioritas sangat tinggi berdasarkan Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional. Mengingat hal-hal tersebut, keberadaan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), khususnya di kawasan SM Padang Sugihan penting untuk dilestarikan. Mari, bersama kita jaga kelestarian satwa endemik Sumatera ini agar tidak mengalami kepunahan lokal (local extinction), punah di alamnya (Extinct in the Wild) atau bahkan punah dari muka bumi (Extinct). Dan yang tertinggal hanyalah gambar penuh kenangan yang meninggalkan jejak penyesalan.
Evanggelisca R.V. 2022. Laporan Kerja Praktik Identifikasi Pakan Alami Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah Jalur 21, SM Padang Sugihan, Sumatera Selatan [tidak dipublikasikan]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya. Inderalaya.
Garsetiasih R., Rianti A., Takandjandji M. 2018. Potensi Vegetasi Dan Daya Dukung Untuk Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Areal Perkebunan Sawit Dan Hutan Produksi Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berita Biologi 17(1).
Mahanani A.I. 2012. Strategi Konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck) di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Daya Dukung Habitat. [thesis]. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang.
Riba’i, Setiawan A., Darmawan A. 2013. Perilaku Makan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas. Media Konservasi 18 (2) : 89 – 95.
Sugiyanto E.E.L, Erianto, Prayogo H.2017. Ketersediaan Pakan Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus Temminck, 1847) Di Resort Air Hitam Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Jurnal Hutan Lestari 5 (1) : 147 - 155.
Tohir R.K. 2018. Daya Dukung Pakan dan Desain Sistem Penggembalaan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) Flying Squads di Taman Nasional Tesso Nilo. [thesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wicaksono I.M., Pratama A.Y. Nisfillailli Z. 2022. Laporan Praktik Umum Konservasi Sumber Daya Hutan Perilaku Harian dan Manajemen Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) serta Strategi Pengelolaan Pusat Latihan Gajah Suaka Margasatwa Padang Sugihan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.