MENGENAL CHIROPTERA: SATWA NOKTURNAL PENGHUNI RIMBA ISAU
Oleh : Octavia Susilowati

By Admin BKSDA Sumsel 03 Feb 2023, 16:12:46 WIB Fauna
MENGENAL CHIROPTERA: SATWA NOKTURNAL PENGHUNI RIMBA ISAU

Kelelawar (chiroptera) terdapat dua golongan, yaitu megachiroptera dan microchiroptera. Megachiroptera adalah kelelawar yang berukuran besar dan biasanya mereka memakan buah-buahan. Sedangkan microchiroptera, jenis kelelawar berukuran kecil dan memakan serangga, daging, serta menghisap darah. Kelelawar pemakan buah atau Megachiroptera berperan sebagai polinator dan disperser tanaman, sedangkan kelelawar Microchiroptera berperan sebagai pengendali serangga dan vertebrata kecil (Findley, 1993; Altringham, 1996 dalam Ramona 2019).

Indonesia memiliki berbagai jenis kelelawar yang tersebar luas di beberapa pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Menurut Maryanto et al. (2019) dalam Andika (2022), Indonesia memiliki 239 spesies kelelawar yang terdiri dari 81 jenis megachiroptera dan 158 lainnya masuk dalam jenis microchiroptera.

Teeling et al. (2018) menyatakan bahwa berdasarkan data Daftar Merah The International Union for Conservation of Nature's Red List of Threatened Species (IUCN), terdapat 77 spesies kelelawar yang masuk dalam kategori Critically Endangered (kritis) dan 184 jenis lainnya masuk dalam kategori Vulnerable (rentan). Dalam peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, jenis kelelawar yang telah masuk dalam perlindungan ada 3 jenis yang masuk dalam famili Pteropodidae yaitu Acerodon humilis, Neopteryx frosti, dan Pteropus pumilus.

Baca Lainnya :

Tabel 1. Status Perlindungan Kelelawar dilindungi



Kelelawar memiliki peran ekologi sebagai pemencar biji buah-buahan dan membantu proses penyerbukan bunga dari tanaman berniai ekonomis tinggi seperti petai, durian, bakau, kapuk randu dan mangga. Soegiharto et al. (2010) menyatakan bahwa genus Pteropus pada ordo Megachiroptera berperan dalam pemencaran biji dan penyerbukan bunga. Kelelawar juga berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem (Naszami et al. 2019 dalam Andika 2022). Peran kelelawar dalam regenerasi serta kelestarian ekosistem hutan seperti membantu proses penyerbukan jenis tumbuhan yang bunganya mekar pada malam hari seperti durian, petai, serta beberapa jenis tumbuhan mangrove (Mustari 2021 dalam Andika 2022).

Prasetyo et al. (2011) menyatakan bahwa kelelawar berperan penting dalam pemencaran biji tumbuhan jenis sawo terung-terungan, kenari, cendana, beringin, jambu, karet, kluwih, duwet, srikaya serta berbagai jenis tumbuhan mangrove. Kelelawar merupakan penyerbuk pada kelompok tumbuhan hutan dan tanaman pertanian, seperti bunga Acacia sp., Adenanthera sp., Alnus sp., Anacardium sp., Annona sp., Apocynaceae, Baringtonia sp., Bauhinia sp., Begoniaceae, Betulaceae, Ceiba pentandra, Ceiba sp., Celastraceae, Compositae sp., Convolvulaceae, Crateva sp., Croton sp., Dacrydium sp., Dilleniaceae, Duabanga sp., Durio zibethinus, Ericaceae, Eugenia sp., Euphorbiaceae, Hibiscus sp., Licania sp., Mimosa sp., Parkia sp., Persea sp., Pinaceae, Salacia sp., dan Syzygium sp. (Maryati et al. 2008; Soegiharto et al. 2010 dalam Widjaja et al. 2014).

Maryati et al. (2008) menyatakan bahwa terdapat 21 jenis tumbuhan sumber pakan dari 15 suku yang teridentifikasi. Jenis-jenis tersebut diantaranya adalah Justicia sp (Acanthaceae), Anacardium sp (Anacardiaceae), Bombax sp (Bombacaceae), Coccinia sp (Cucurbitaceae), Cyperus sp (Cyperaceae), Trewia sp, Euphorbia sp (Euphorbiaceae), Acacia sp, Cassia sp , Adenanthera sp (Fabaceae), Dendrocalamus sp (Graminae), Den-dropthoe sp, Helixanthera sp (Loranthaceae), Pileanthus sp (Myrta-ceae), Paku genus a (paku-pakuan), Paku genus b (pakupakuan), Tarenna sp, Morinda sp (Rubiaceae), Cardiospermum sp (Sapindaceae), Grewia sp, Tillia sp (Tiliaceae).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andika (2022), menyebutkan terdapat 3 jenis kelelawar (Chiroptera) di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Isau-Isau yaitu Chironax melanocephalus, Cynopterus brachyotis dan Cynopterus sphinx. Kelelawar tersebut ditemukan pada ketinggian 700 - 800 mdpl. Status perlindungan ketiga jenis kelelawar sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2. Status Perlindungan Kelelawar



Prasetyo et al. (2011) menyampaikan bahwa kelelawar (chiroptera) yang ditemukan di wilayah Sumatera mencapai 81 jenis yang terdiri dari 9 famili yaitu Pteropodidae, Vespertilonidae, Hipposideridae, Rhinolophidae, Emballonuridae, Nycteridae, Megadermatidae, Rhinopomatidae, dan Molossidae. Famili Pteropodidae yang dapat ditemukan di wilayah Sumatera teridentifikasi sebanyak 19 jenis dan menempati urutan kedua setelah Famili Vespertilonidae (Prasetyo et al. 2011).


Secara ekologi jenis kelelawar dari Famili Pteropodidae berperan sebagai penyerbuk, pemencar biji tumbuhan ataupun tanaman komersial yang bernilai ekonomi tinggi. Keberadaan kelelawar dari famili ini menjadi kunci keberhasilan regenerasi hutan maupun produksi buah-buahan (Prasetyo et al. 2011). Ingle (2002) dalam Maryati et al. (2008) menyatakan bahwa reboisasi alami dapat dilakukan melalui proses penyebaran biji polinasi dengan perantara kelelawar. Karena hal ini akan menentukan komposisi dan struktur vegetasi yang ada di suatu wilayah. Menurut Satyadarma (2007) dalam Maryati et al. (2008) regenerasi hutan dilakukan oleh kelelawar pemakan buah dan madu.

Kelelawar dari jenis Cynopterus brachyotis jantan lebih cenderung di lokasi terbuka atau terfragmentasi. Jenis ini berpotensi untuk membantu penyerbukan tumbuhan di daerah terbuka atau terfragmentasi. Habitat kelelawar jenis Cynopterus brachyotis mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. Kelelawar jenis ini ditemukan di kawasan hutan primer SM Isau-Isau, kebun kopi dan karet (Andika 2022).

Sementara jenis Chironax melanocephalus cenderung memilih daerah di kawasan dataran tinggi yang masih perawan (Maryati et al. 2008). Kelelawar jenis Chironax melanocephalus lebih menyukai dataran tinggi dengan tipe hutan primer. Hasil penelitian Andika (2022) juga menyebutkan bahwa temuan kelelawar jenis ini paling banyak berada di kawasan hutan primer SM Isau-Isau.

Untuk jenis Cynopterus sphinx lebih sering ditemukan di areal kebun yang dikelola masyarakat atau kondisi yang lebih terbuka. Kamilah (2005) dalam Ramona (2019) menyatakan bahwa Cynopterus sphinx tersebar pada areal kebun penduduk yang sedang berbuah. Jenis Cynopterus sphinx di kawasan SM Isau-Isau ditemukan di areal kebun kopi masyarakat yang tergabung di dalam kemitraan konservasi yang dilaksanakan oleh Balai KSDA Sumatera Selatan.

Dengan teridentifikasinya kelelawar di kawasan SM Isau-Isau menggambarkan bahwa kawasan ini memiliki kesesuaian habitat bagi berbagai jenis kelelawar khususnya dari famili Pteropodidae. Hal ini juga mengindikasikan bahwa ketersediaan komponen habitat seperti pakan, air, cover dan ruang di kawasan SM Isau-Isau mencukupi bagi kelangsungan hidup kelelawar. Ketersediaan komponen habitat dalam suatu ekosistem akan menjadi penentu suatu jenis satwa mampu bertahan hidup.

Teridentifikasinya tiga jenis kelelawar yaitu Chironax melanocephalus, Cynopterus brachyotis dan Cynopterus sphinx di kawasan SM Isau-Isau, mengindikasikan bahwa ketiga jenis kelelawar tersebut mempunyai potensi yang besar sebagai disperser dan polinator kawasan SM Isau-Isau. Dengan demikian, proses regenerasi atau pemulihan ekosistem di kawasan SM Isau-Isau dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Andika S.T. 2022. Inventarisasi Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Sumur Tinggi Suaka Margasatwa Isau-Isau Desa Lawang Agung Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. [skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya. Inderalaya.

Maryati., Kartoni Ap.P., Maryanto I. 2008. Kelelelawar Pemakan Buah sebagai Polinator yang diidentifikasi melalui Polen yang digunakan sebagai Sumber Pakannya di Kawasan Sektor Linggarjati, Taman Nasional Ciremai Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia 4 (5): 335-347.

Prasetyo P.N., Noerfahmy S., Tata H.L. 2011. Jenis-Jenis Kelelawar Khas Agroforest Sumatera. ICRAF. Bogor.

Ramona. 2019. Diversitas dan Potensi Kelelawar Megachiroptera sebagai Disperser dan Polinator di Hutan Harapan, Jambi. Journal Bio-Site Vol 4 (1): 1-11.  

Soegiharto S., Kartono A.P., Maryanto. 2010. Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar berdasarkan Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia. Jurnal Biologi Indonesia. 6 (2): 225-235.

Teeling E.C., Sonja C.V., Liliana M.D., David A.R., Thomas M.P.G., Eugene M., Bat1K C. 2018. Bat Biology, Genomes and the Bat1K Project: To Generate Chromosome-Level Genomes for All Living Bat Species. Animal Review of Animal Biosciences. Vol 6: 23-46.











Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment