- EVALUASI KERJA SAMA BKSDA SUMSEL DAN PLN UID S2JB DALAM KONSERVASI KAWASAN SM GUNUNG RAYA
- Warga Prabumulih dan Lahat Serahkan Dua Individu Siamang ke BKSDA Sumsel
- SERAH TERIMA BARANG BUKTI TINDAK PIDANA JUAL BELI SATWA DILINDUNGI, APRI DIDAKWA 10 BULAN PENJARA
- Rekrutmen Tenaga Kontrak BKSDA Sumsel
- KUBUNG SUNDA SUAKA GUNUNG RAYA
- 1000 Bibit Ditanam dan 24 Burung Dilepasliar di TWA Punti Kayu dalam Rangkaian Tanam Pohon Serentak
- BKSDA Sumsel Lakukan Evaluasi Pengelolaan Lima Kawasan Konservasi Bersama Para Pihak Melalui Perangkat METT
- PENGGAGALAN PENGANGKUTAN 3306 INDIVIDU SATWA BURUNG TIDAK DILINDUNGI TANPA DOKUMEN
- MENGENAL CAPUNG TWA GUNUNG PERMISAN
- Road To HKAN 2023: BKSDA Sumsel Lepasliarkan Empat Individu Satwa Liar dan Tanam Pohon di SM Padang Sugihan
Implementasi Konsep One Health, BKSDA Sumsel bersama Aspinall Gelar Seminar dan Pelatihan

Palembang (30/01) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel) bersama The Aspinall Foundation Indonesian Program (TAF-IP) menyelenggarakan seminar sehari dan pelatihan penanganan primata hasil sitaan atau serahan pada Senin (30/01), bertempat di kantor Resor Konservasi Wilayah IV Kota Palembang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka penyelamatan dan penanganan primata hasil sitaaan atau serahan sukarela untuk melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan protokol dan prosedur yang ada serta mengantisipasi potensi terjadinya zoonosis.
Salah satu konsep yang tumbuh mengenai hubungan manusia, satwa liar, dan lingkungan adalah One Health. Konsep ini lebih menekankan kemanunggalan kesehatan manusia, kesehatan satwa, kesehatan tumbuh-tumbuhan, kesehatan lingkungan, dengan kesehatan planet bumi sebagai sebuah kesatuan. Pendekatan dilaksanakan dengan tiga prinsip, yaitu komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi. Hadir sebagai narasumber dalam seminar ini, yaitu Kepala BKSDA Sumsel Ujang Wisnu Barata, drh. Ida Mansur dari TAF-IP, dan drh. Wendi Prameswari dari YIARI, yang dilanjutkan dengan pelatihan melalui fasilitasi dari TAF-IP dan YIARI.
Baca Lainnya :
- RAGAM ODONATA DI BELANTARA KOTA0
- Workshop Rencana Pemulihan Ekosistem SM Dangku, SM Bentayan dan SM Padang Sugihan0
- Tebar Pesona Kantong Semar Gunung Maras0
- GPS COLLAR SEBAGAI ALAT ALTERNATIF STUDI PERGERAKAN HARIMAU SUMATERA Panthera tigris sumatrae0
- BKSDA Sumsel Serahkan Bantuan Pengembangan Usaha kepada Masyarakat Sekitar TN Gunung Maras0
Kepala BKSDA Sumsel Ujang Wisnu Barata mengatakan bahwa 80% satwa liar bernilai penting dan terancam punah berada di luar kawasan konservasi, sehingga menyebabkan potensi interaksi negatif satwa dan manusia. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan konservasi perlu didukung dengan upaya konservasi pada kawasan di sekitarnya.
“Telah banyak regulasi terkini yang menjadi jalan tengah, misal koridor, bagaimana kawasan bernilai konservasi tinggi dikelola bersama oleh para pihak. Selain itu, juga terdapat pedoman bagaimana memperkuat dan mempertahankan kawasan konservasi tanpa membuka konflik baru, seperti kemitraan konservasi di dalam kawasan konservasi dan perhutanan sosial di luar kawasan konservasi”, kata Kepala Balai Ujang saat menyampaikan paparannya dengan tema perlindungan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi di Sumatera Selatan.
Narasumber lainnya, drh. Ida Masnur dari TAF-IP menyampaikan materi tentang pengelolaan primata di Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS)-Primata Jawa di Jawa Barat dan PRS Lutung Jawa di Jawa Timur. Saat ini terdapat tiga jenis primata yang dikelola, yaitu lutung jawa (Trachypithecus auratus), surili jawa (Presbytis comata), dan owa jawa (Hylobates moloch). Dalam panduan rehabilitasi satwa yang dipedomani, Best Practise Guidelines for the Rehabilitation and Translocation of Gibbons, drh. Ida menjelaskan skema rehabilitasi satwa meliputi kedatangan satwa-karantina, fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pemeriksaan kesehatan, pengayaan perilaku, kajian lokasi pelepasliaran, dan animal welfare.
Panduan rehabilitasi satwa tersebut juga dipedomani oleh YIARI dalam penanganan kukang. Dalam pemaparannya, drh. Wendi Prameswari dari YIARI menerangkan bahwa saat ini terdapat dua lokasi PRS Primata yang dikelola YIARI yaitu di Bogor (rehabilitasi kukang) dan Ketapang (rehabilitasi orangutan).
“Penanganan atau proses evakuasi yang dilakukan YIARI terbagi menjadi dua upaya, yaitu rilis atau rehabilitasi. Proses rilis dapat dilakukan dengan kriteria kondisi kesehatan bagus, misalnya pada kukang dengan kondisi gigi bagus dan lengkap, tidak ada luka, serta mata normal. Sebaliknya, dilakukan rehabilitasi jika kondisi kesehatannya tidak baik”, ungkapnya.
Dalam pelatihan penanganan primata hasil sitaan atau serahan, peserta diedukasi penerapan praktik handling satwa dan penanaman microchip pada satwa kukang sebagai obyek pembelajaran. Tujuan pemasangan microchip pada satwa adalah untuk identifikasi dan memudahkan penelusuran keberadaan satwa tersebut.
Selain diikuti jajaran pegawai Balai KSDA Sumatera Selatan dan petugas PRS-RKW IV Kota Palembang, pada seminar dan pelatihan ini turut hadir dari unsur Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang, Dinas Pemadaman Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Palembang, dan Yayasan ALOBI.