BELANTARA ISAU-ISAU: RUMAH BAGI BURUNG BUMI PASEMAH
Oleh: Octavia Susilowati

By Admin BKSDA Sumsel 13 Des 2022, 09:33:50 WIB Fauna
BELANTARA ISAU-ISAU: RUMAH BAGI BURUNG BUMI PASEMAH

Gambar 1. Suaka Margasatwa Isau-Isau yang menjadi salah satu habitat burung

Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversity yang kaya akan berbagai jenis burung, dan sebagian besar diantaranya masuk dalam kategori dilindungi berdasarkan Peraturan Perundangan di Indonesia. Berdasarkan data Birdlife International (2020), Indonesia merupakan habitat bagi 17% jenis burung di seluruh dunia dan berada di peringkat ke-4 dunia dalam hal kekayaan jenis burung. Dan salah satu pulau yang menjadi surga bagi berbagai jenis burung adalah Pulau Sumatera. Widjaja et al. (2014) menyatakan bahwa Pulau Sumatera berada di peringkat kedua dari 7 kawasan biogeografi yang teridentifikasi berada di Indonesia. Hal ini sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 1. Daftar burung Sumatera berjumlah 630 spesies, sekitar 465 spesies diantaranya bersifat menetap dan 21 bersifat endemis, menjadikannya daerah biogeografis terkaya kedua di Indonesia dalam hal burung, setelah Papua (Whitten et al. 2000 dalam Yunardy et al. 2017, Widjaja, et al. 2014).

Sumber : Puslit Biologi LIPI – 2014 dalam Widjaja et al. (2014)

Baca Lainnya :

Gambar 2. Jumlah jenis burung di 7 kawasan biogeografi di Indonesia

Keanekaragaman jenis burung di Indonesia sangat dipengaruhi oleh posisi geografi Indonesia yang berada di antara benua Asia dan Australia. Sehingga komunitas burung di Indonesia secara umum dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu burung-burung Oriental (Sumatra, Kalimantan, dan Jawa (termasuk Bali), burung-burung Wallacea (Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku), dan burung-burung Australasia (Papua) (MacKinnon et al. 1998, Coates & Bishop 1997, Behleer et al. 2001 dalam Widjaja et al. 2014).

Berdasarkan data Burung Indonesia (2022), diketahui bahwa jumlah spesies burung yang masuk dalam Daftar Merah The International Union for Conservation of Nature's Red List of Threatened Species (IUCN) dengan kategori Critically Endangered (kritis) sebanyak 30 spesies. Berkurang satu jenis dari tahun 2021 yang sebelumnya berjumlah 31. Hal ini disebabkan adanya kesimpulan bahwa spesies burung yang sebelumnya masuk dalam kategori Critically Endangered (kritis) dimungkinkan keberadaannya di alam telah mengalami kepunahan. Spesies burung yang dianggap telah punah tersebut adalah burung trulek jawa (Vanellus macropterus). Burung trulek jawa telah dinyatakan sebagai jenis burung dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018. Tidak hanya burung jenis trulek jawa yang dilindungi, terdapat 556 jenis lain yang masuk dalam kategori dilindungi berdasarkan peraturan tersebut. Beberapa tahun sebelumnya yaitu sekitar tahun 1994 burung trulek jawa (Vanellus macropterus) telah dinyatakan punah oleh IUCN, tetapi pada tahun 2000 statusnya direvisi menjadi Critically Endangered (kritis). Dan pada tahun 2022, Burung Indonesia menyatakan bahwa burung trulek jawa dimungkinkan telah punah, sehingga jumlah jenis burung dilindungi yang tersisa sejumlah 556 spesies, dan untuk spesies burung dengan status Critically Endangered (kritis) pada tahun 2022 berjumlah 30 spesies. Status konservasi burung di Indonesia disajikan secara lengkap dalam Tabel 1 berikut.


Tabel 1. Status Konservasi Burung di Indonesia berdasar Daftar Merah IUCN Periode Tahun 2017 s.d 2022
Keterangan :
CR: Critically Endangered, EN: Endangered, Vu: Vulnerable, NT: Near Threatened, LC: Least Concern, D : Data Deficient


Burung merupakan indikator penting dalam menentukan daerah-daerah prioritas pelestarian alam. Hal ini dikarenakan burung mampu hidup dan beradaptasi di seluruh habitat daratan di seluruh dunia, peka terhadap perubahan lingkungan, dan taksonomi serta penyebarannya telah cukup diketahui. Sebagai indikator penting, kekayaan dan keragaman burung dapat digunakan sebagai dasar perbandingan antar daerah untuk menentukan prioritas utama konservasi. Di wilayah Indonesia sendiri telah teridentifikasi sebanyak 228 Daerah Penting bagi Burung dan Keragaman Hayati (DPB) atau Important Bird and Key Biodiversity Area (IBA) dan 3 Endemic Birds Area (EBA) (Burung Indonesia, 2017). Daerah-daerah itu merupakan kawasan prioritas konservasi yang menjadi daerah kunci bagi pelestarian burung-burung terancam punah dan endemik beserta keragaman hayatinya. Dari keseluruhan DPB yang teridentifikasi, sekitar 58% DPB terletak dalam kawasan konservasi, sementara sisanya tersebar di kawasan hutan produksi. Berdasarkan data Burung Indonesia selama kurun waktu 6 tahun terakhir jumlah spesies burung yang berhasil diidentifikasi mengalami peningkatan, dan hingga tahun 2022 tercatat 1818 jenis burung, dengan rincian jumlah spesies dilindungi 556 jenis, jumlah spesies endemik 536, dan jumlah spesies dengan sebaran terbatas sejumlah 462. Status populasi burung selama kurun waktu 2017 s.d 2022 sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 3. Status Populasi Burung di Indonesia Periode Tahun 2017 s.d 2022

Wilayah Sumatera Selatan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati tinggi, termasuk diantarana adalah jenis burung. Di dalam Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 – 2021 disebutkan bahwa di wilayah Sumatera Selatan telah teridentifikasi sebanyak 334 spesies burung, yang termasuk dalam 19 ordo dan 59 famili. Hal ini sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Burung yang teridentifikasi di Wilayah Sumatera Selatan
Sumber    :    Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera  Selatan/ Sehati Sumsel (2017 – 2021)

Salah satu lokasi di Sumatera Selatan yang teridentifikasi sebagai rumah bagi berbagai jenis burung adalah di kawasan konservasi Suaka Margasatwa Isau-Isau di Kabupaten Muara Enim.  Sampai dengan saat ini di kawasan SM Isau-Isau telah teridentifikasi sebanyak 34 jenis burung yang termasuk ke dalam 22 famili (BKSDA SUMSEL 2018, Nurrudin et al. 2021, Robinsa 2022). Tercatat ada 8 spesies yang masuk kategori dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018 yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang papan (Buceros bicornis), elang ular bido (Spilornis cheela), elang brontok (Nisaetus cirrhatus), burung kuau (Argusianus argus), Cekakak hutan malaya (Actenoides concretus), kuau kerdil sumatra (Polyplectron chalcurum) dan alap-alap capung (Microhierax fringillarius). Rangkong badak (Buceros rhinoceros), burung kuau (Argusianus argus) dan enggang papan (Buceros bicornis) memiliki status Vulnerable (rentan), sementara elang ular bido (Spilornis cheela), elang brontok (Nisaetus cirrhatus), dan alap-alap capung (Microhierax fringillarius), ketiganya memiliki status Least Concern (resiko rendah) berdasarkan Daftar Merah IUCN. Daftar jenis burung di Kawasan SM Isau-Isau sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Status Burung di Kawasan Suaka Margasatwa  Isau-Isau
Sumber: BKSDA SUMSEL (2018), Nurrudin et al. (2021), Robinsa (2022), Pratama (2022, komunikasi pribadi)
Keterangan :
VU = Vulnerable; LC/Least Concern = (Resiko Rendah); NT/Near Threatened = (Hampir Rentan)
*) Dilindungi (P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018)



Gambar 4. Jenis burung dilindungi di kawasan SM Isau Isau: (a) Elang ular bido (Spilornis cheela); (b) alap alap capung (Microhierax fringillarius)


Kawasan SM Isau Isau merupakan kawasan konservasi yang didominasi oleh jenis flora dari famili Dipterocarpaceae. Beberapa jenis flora di kawasan SM Isau Isau sebagaimana disajikan dalam Tabel  4.

Tabel 4. Jenis Flora Dominan di Kawasan SM Isau Isau
Sumber : BKSDA Sumsel (2018)


Gambar 5. Vegetasi Penyusun Kawasan SM Isau-Isau

Berbagai jenis pohon di kawasan SM Isau-Isau diketahui memiliki diameter yang cukup besar. Keberadaan pohon-pohon tersebut mempengaruhi keberadaan jenis burung di kawasan SM Isau-Isau. Apalagi dengan teridentifikasinya berbagai jenis burung yang masuk dalam Daftar Merah IUCN yang dapat digunakan sebagai bioindikator lingkungan kawasan SM Isau-Isau. Menurut Djuwantoko et al. (2013) dalam Widodo (2013) burung merupakan indikator untuk menilai biodiversitas suatu wilayah dan indikator perubahan ekosistem sebagai akibat gangguan lingkungan (Sekercioglu 2006). Apabila burung hilang dari suatu wilayah, maka rantai makanan akan terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan di dalam ekosistem (Wechsler & Wheeler 2012). Burung penting pula untuk keberlangsungan fungsi-fungsi ekologis di dalam lingkungan alami, yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai nilai ekonomi dan nilai budaya bagi manusia dan sangat berguna dalam rangka propaganda penyadaran diri berbagai pihak untuk kepentingan konservasi (Kim et al. 2001 dalam Widodo 2013).

Menurut Chambers (2008) dalam Widodo (2013), ada 8 alasan kenapa burung berperan sebagai spesies indikator lingkungan, yaitu: (1) Burung mudah dideteksi dan diobservasi; (2) Taksonomi burung sudah mudah diidentifikasi di lapangan; (3) Burung tersebar luas dan menempati habitat dan relung ekologi yang bervariasi; (4) Distribusi, ekologi, biologi dan sejarah hidup burung diketahui dengan baik dibanding taksa yang lain; (5) Burung dalam rantai pakan menempati posisi pada bagian top sehingga lebih sensitif terhadap perubahan adanya kontaminasi lingkungan; (6) Banyak burung berfungsi sebagai polinator dan penyebar biji tanaman; (7) Teknik survei burung lebih simpel dan (8) Untuk memonitornya relatif lebih tidak mahal daripada taksa lain seperti reptil dan mamalia. Dengan teridentifikasinya berbagai jenis burung di kawasan SM Isau-Isau dapat disimpulkan bahwa kawasan SM Isau-Isau masih memiliki ekosistem yang cukup baik dan menjadi habitat penting bagi satwa. Sehingga keberadaannya perlu dilestarikan dengan dukungan para pihak di sekitar kawasan SM Isau-Isau. Dengan demikian, Kawasan SM Isau-Isau akan tetap menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa, khususnya burung di Bumi Pasemah.

Daftar Pustaka
BKSDA SUMSEL. 2018. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Suaka Margasatwa Isau Isau
Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Periode 2019 –
2028 [tidak dipublikasikan].
Nurrudin W., Adib M.F., Kharis T., Ursal, Halimi. 2018. Laporan Kegiatan Identifikasi dan
Monitoring Rangkong Badak di Suaka Margasatwa Isau Isau Wilayah Kabupaten Muara
Enim [tidak dipublikasikan]. Lahat
Robinsa S. 2022. Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Sumur Tinggi Suaka
Margasatwa Isau Isau Resort Konservasi Wilayah VII Sumatera Selatan [skripsi].
Universitas Sriwijaya.
Sekercioglu, CH. 2006. Increasing awareness of avian ecological function. Trends in
Ecology and Evolution, 21(8): 464-471.
Widjaja E.A, Rahayuningsih Y, Rahajoe J.S, Ubaidillah R., Maryanto I., Walujo E.B, Semiadi G.
2014. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia 2014. Jakarta: LIPI Press.
Wechsler, D. & B.K. Wheeler. 2012. BirdCast: Why You Should Care: Birds as Bioindicators.
Widodo W. 2012. Kajian Fauna Burung Sebagai Indikator Lingkungan Di Hutan
Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Yunardy S., Kunarso A., Wibowo A., Ayat A., Pirnanda D., Yustian I., Harbi J, Kodir K.A, Yuningsih
L., Susilowati O.,Bachri S., Gemita E., Zulkifli H., Zulfikhar, Gustini M., Prasetyo L.B,
Damayanti E.K., SumantriH., Prasetyo R.B, Haasler B. 2017. Strategi dan Rencana Aksi
Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera  Selatan/ Sehati Sumsel (2017 – 2021). Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.






Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment