AMANKAN KORIDOR SATWA JAMBUL NANTI PATAH, BKSDA SUMSEL KEMBALI KERAHKAN 9 TIM PATROLI TERPADU

By Admin BKSDA Sumsel 29 Jun 2022, 16:16:41 WIB Kegiatan
AMANKAN KORIDOR SATWA JAMBUL NANTI PATAH, BKSDA SUMSEL KEMBALI KERAHKAN 9 TIM PATROLI TERPADU

Lahat (27/6) - Seksi Konservasi Wilayah II Lahat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel) melakukan patroli terpadu dalam rangka pengamanan koridor satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) Jambul Nanti Patah. Patroli pengamanan dilaksanakan oleh sembilan tim dengan lokasi yang berbeda-beda. Kegiatan patroli yang dilaksanakan Tim SKW II Lahat dibantu oleh staf Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah XI Kikim Pasemah.

Tim 1 melaksanakan patroli pengamanan terpadu koridor satwa Jambul Nanti Patah di wilayah Kelurahan Kerinjing, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam. Dari pelaksanaan patroli, tim melakukan pendataan gangguan kawasan, pendataan perambah, perjumpaan satwa (langsung, tidak langsung, jejak) dan penggalian informasi dengan masyarakat di dalam dan di luar kawasan Hutan Lindung (HL).

Tim menggali informasi dengan peladang di wilayah Talang Kenapin, Talang Gergaye dan Talang Ayik Dabuk terkait perjumpaan satwa yang pernah terlihat oleh peladang. Dari hasil pendekatan, tim mendapatkan informasi bahwa masih banyak satwa yang dijumpai oleh peladang seperti siamang (Symphalangus syndactylus), beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus scrofa), kancil (Tragulus kanchil), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan kijang (Muntiacus muntjak). Dari hal tersebut mengindikasikan bahwa ketersediaan satwa mangsa bagi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) masih tersedia.

Baca Lainnya :


Berdasarkan informasi dari peladang masih sering terlihat jejak dan perjumpaan langsung satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di wilayah Talang Ayik Dabuk. Adapun posisi terlihatnya satwa tersebut adalah di sekitar titik panas bumi.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa tekanan terhadap kawasan HL didominasi dari masyarakat dari Kota Pagar Alam, sedangkan tekanan kawasan dari masyarakat desa penyangga cukup kecil. Hal ini berdampak terhadap terganggunya koridor dan habitat satwa di lanskap Jambul Nanti Patah.

Tim 2 melaksanakan patroli di Desa Penandingan Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Sebelum melaksanakan patroli di Kawasan Hutan Lindung, tim berkoordinasi dengan Kepala Desa dan Kepala Seksi Pemerintah Desa Penandingan Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Beberapa temuan kehadiran satwa mangsa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada saat patroli di kawasan HL antara lain jejak dan kubangan satwa babi (Sus scrofa) serta jalur perlintasan satwa kijang (Muntiacus muntjak). Di kawasan hutan primer HL juga masih terdengar suara satwa siamang (Symphalangus syndactylus). Keberadaan berbagai jenis satwa ini menandakan bahwa kawasan HL tersebut merupakan habitat yang sesuai bagi satwa liar tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Shaw (1985), bahwa ketersediaan komponen habitat seperti pakan, air, cover/ tutupan vegetasi dan ruang dalam suatu kawasan sangat penting bagi keberadaan satwa.

Pada saat di perjalanan, tim betemu masyarakat yang sedang berkebun durian di kawasan HL yang memberikan  informasi terkait kemunculan satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang memakan durian di kebun miliknya. Berbagai jenis satwa yang pernah terlihat antara lain dari jenis siamang (Symphalangus syndactylus), monyet (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak), beruang madu (Helarctos malayanus) dan simpai (Presbytis melalophos). Dengan adanya info keberadaan satwa liar dilindungi di area kebun dalam HL yang diusahakan oleh masyarakat tersebut, tim kemudian melakukan sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan terhadap masyarakat Desa Penindaian dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang satwa dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Tim 3 melaksanakan kegiatan patroli terpadu pengamanan koridor satwa Jambul Nanti Patah di wilayah Dusun Kerinjing Kelurahan Agung Laqangan Kota Pagar Alam. Tim melakukan sosialisasi serta pendataan peladang di Dusun Kerinjing, serta  menggali informasi dari peladang terkait perjumpaan satwa yang pernah terlihat oleh peladang. Berdasarkan informasi dari peladang, masih banyak satwa yang pernah ditemui oleh peladang seperti siamang (Symphalangus syndactylus), beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus scrofa), kancil (Tragulus kanchil), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan kijang (Muntiacus muntjak). Dari hal tersebut mengindikasikan bahwa ketersediaan satwa mangsa bagi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) masih tersedia. Selain itu juga dari informasi dari peladang masih sering terlihat jejak dan langsung satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).


Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa tekanan terhadap kawasan HL berupa perambahan, pembukaan lahan, perburuan liar serta illegal logging. Tekanan tersebut didominasi dari masyarakat di luar Kecamatan dan dari Kota Pagar Alam, sedangkan tekanan kawasan dari masyarakat sekitar di Dusun Kerinjing cukup kecil. Hal ini berdampak terhadap terganggunya koridor satwa dan habitat satwa.

Tim 4 melaksanakan kegiatan patroli pengamanan di area Hutan Lindung Bukit Jambul bersama anggota KPH masyarakat Desa Pulau Timun. Hasil pengamatan di lapangan, tim tidak menemukan langsung jejak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) namun tim menemui jejak satwa jenis babi hutan (Sus scrofa) dan kijang (Muntiacus muntjak) di dalam kawasan hutan.  Kondisi tutupan HL berupa semak belukar dan kebun kopi.


Tim 5 melaksanakan patroli di Desa Masam Bulau, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat. Sebelum melaksanakan patroli terpadu pengamanan koridor satwa, tim berkoordinasi dengan Pemerintah Desa setempat, yaitu Joni Hartono, selaku Kepala Desa Masam Bulau Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Tim melakukan sosialisasi ke Pemerintah Desa terkait satwa yang dilindungi dan meminta kepada Pemerintah Desa Masam Bulau untuk menghimbau kepada masyarakatnya, agar masyarakat di Desa Masam Bulau dan sekitarnya tidak menjerat, berburu, mengganggu, ataupun membunuh satwa, terutama satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan juga satwa mangsanya.

Setelah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa setempat, tim melakukan patroli di Hutan Adat. Di lokasi ini tim melakukan pengecekan dan pengamatan terhadap keberadaan satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan juga satwa mangsanya. Tim menemukan jejak kijang (Muntiacus muntjak) dan cakaran satwa beruang madu (Hearctos malayanus) di kayu Puspa (Schima wallichii).

Tim kemudian menemui bapak Marpin, salah seorang warga Desa Masam Balau untuk menggali informasi keberadaan satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Berdasarkan apa yang disampaikan, Pak Marpin biasa mendengar suara harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di musim kemarau. Tim juga menggali informasi dari warga Desa Masam Balau yang lain yang bernama Josno. Menurut keterangan, yang bersangkutan pernah melihat harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) sekitar dua tahun yang lalu di pematang rintis HL, pada saat mencari rotan. Masih berdasarkan keterangan Pak Josno, sekitar 4 tahun yang lalu, warga desa yang bernama Aditriyono pernah melihat harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di pematang rintis HL pada saat sedang mencari burung.

Tim 6 melaksanakan kegiatan patroli terpadu di Desa Pulau Panas Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Sebelum melaksanakan patroli terpadu, tim berkoordinasi dengan Kepala Desa Pulau Panas Kecamatan Tanjung Sakti Pumi. Tim melanjutkan patroli menuju lokasi bersama perangkat desa setempat dan mencari informasi mengenai satwa satwa yang ada di sekitar wilayah ataran, serta melakukan pengambilan data-data penunjang lainnya.


Tim melanjutkan melakukan patroli terpadu ke wilayah tempat korban yang dimangsa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada tahun 2019. Tetapi pada saat pengecekan ke lokasi tidak ditemukan tanda-tanda kemunculan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Tim hanya menemukan jejak babi hutan (Sus scrofa) serta mendapatkan info dari masyarakat terkait kemunculan satwa beruang madu (Helarctos malayanus) beberapa waktu sebelumnya.

Tim 7 melaksanakan patroli terpadu di perbatasan Provinsi Bengkulu dan sekitarnya. Sebelum melaksanakan patroli terpadu, tim berkoordinasi dengan Kepala Desa Pajar Bulan Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Setelahnya, tim bergegas menuju lokasi patroli terpadu dengan jalur masuk di sekitar desa perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu. Tim melakukan pengumpulan data dan info dari masyarakat terkait keberadaan satwa, khususnya harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Berdasarkan info dari Pak Jono, warga Desa Tanjung Sakti, yang bersangkutan pernah melihat jejak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) sekitar 1 bulan yang lalu.


Tim kemudian melanjutkan patroli menuju lokasi Desa Penandingan bersama perangkat desa setempat dan langsung mencari informasi mengenai satwa. Menurut info dari Bapak Sanjur, yang bersangkutan pernah juga melihat jejak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) sekitar kurang lebih 2 bulan yang lalu. Tim kemudian melanjutkan patroli terpadu dan menyusuri sekitar hutan lindung di wilayah kerja KPH Kikim Pasemah. Di sekitar lokasi masih ditemukan monyet ekor pendek dan owa.

Tim 8 melaksanakan patrol pengamanan koridor satwa di wilayah Desa Sindang Panjang Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Sebelumnya, tim  berkoordinasi dengan Kepala Desa Sindang Panjang Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat terkait kegiatan patroli pengamanan koridor satwa yang akan dilaksanakan tim BKSDA Sumsel bersama dengan KPH Wilayah XI Kikim Pasemah.

Kemudian tim melakukan patroli bersama dengan masyarakat desa sekitar dan melakukan pengambilan data serta pengamatan di sekitar HL pintu masuk Desa Sindang Panjang Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat. Kondisi hutan lindung yg dijumpai saat melakukan patroli pengamanan koridor satwa HL berupa semak belukar dan kebun kopi. Berdasarkan informasi dari salah satu masyarakat bahwa satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) pernah terlihat di dekat kebun kopi milik salah satu warga Desa Sindang Panjang sekitar 2 bulan yang lalu. Tim kemudian langsung menyusuri dan mengecek lokasi info dari masyarakat tersebut, akan tetapi tim tidak menemukan tanda-tanda keberadaan maupun jejak satwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di lokasi yang disebutkan.


Tim 9 melaksanakan patroli terpadu di Desa Tanjung Taring Kelurahan Burung Dinang Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar Alam. Sebelumnya, tim berkoordinasi  dengan Ketua RT Desa Tanjung Taring terkait kegiatan patroli terpadu pengamanan koridor satwa.

Tim melakukan patroli koridor satwa di kawasan HL sekitar Desa Tanjung Taring. Pada saat melakukan patroli, tim menjumpai jejak beruang madu (Helarctos malayanus) di kebun kopi masyarakat. Selain itu tim juga menjumpai jejak babi hutan (Sus scrofa) dan di sela-sela perjalanan tim melihat 2 ekor Elang yang sedang terbang yang belum dapat diidentifikasi jenisnya secara pasti. Selain itu juga ditemukan jejak kucing hutan (Felis bengalensis) di lokasi patroli.

Saat di perjalanan tim bertemu dengan masyarakat bernama Sailan yang sedang beraktivitas di dalam kebun kopi. Berdasarkan informasi yang bersangkutan pernah berjumpa dengan satwa seperti beruang madu (Helarctos malayanus), rusa sambar (Rusa unicolor), babi hutan (Sus scrofa) dan burung enggang (Buceros sp.).


Dalam perjalanan, tim Patroli menjumpai sebuah Talang Senu berjumlah 11 pondok dan bertemu dengan seseorang yang sedang berada di Talang. Menurut informasi yang bersangkutan, dirinya pernah berjumpa dengan satwa seperti beruang madu (Helarctos malayanus), mendengar suara Siamang (Symphalangus syndactylus), menemukan jejak rusa sambar (Rusa unicolor) dan kijang (Muntiacus muntjak) di sekitar kebun miliknya.

Melihat kondisi kawasan HL di wilayah administrasi Desa Tanjung Taring yang sebagian masih utuh dengan tegakan yang masih banyak, dan ditemukan keberadaan berbagai jenis satwa liar, terutama jenis-jenis dilindungi, menandakan bahwa kawasan HL masih menjadi habitat utama bagi satwa liar tersebut. Meskipun masih dijumpai gangguan berupa kebun kopi dan sayur di dalam kawasan HL.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment